Home » , » Review The Evil Within – Bukan Horor Baru

Review The Evil Within – Bukan Horor Baru


168GAMES - Shinji Mikami yang terkenal sebagai kreator Resident Evil ini akhirnya menelorkan sebuah game baru setelah kerja samanya dengan Suda51 di Shadow of the Damned yang rilis tiga tahun lalu. Setelah ia mendirikan sendiri Tango Gameworks, lahirlah The Evil Within. Dari namanya saja, mungkin sedikit mengingatkanmu dengan Resident Evil. Tapi nampaknya hal itu tidak terbatas pada nama semata.


Penuh Momen Menegangkan … Yang Sudah Pernah Dilihat Sebelumnya



Dalam The Evil Within, 168GAMERS akan berperan sebagai Sebastian Castellanos, seorang detektif di sebuah kota fiktif bernama Krimson City. Suatu malam, Sebastian mendapatkan laporan bahwa terjadi pembunuhan di sebuah rumah sakit jiwa dan dia ditugaskan untuk menyelidiki apa yang terjadi. Namun begitu dia mendatangi tempat tersebut bersama dengan kedua temannya, kejadian aneh mulai terjadi dan menyebabkan dirinya berpindah ke sebuah dunia yang mengerikan.


Dari plot awal yang disampaikan, game ini terkesan seperti sebuah film horor yang penuh dengan klise bukan? Tapi minmin rasa itu adalah daya tarik utama dari game buatan Mikami. Seperti Resident Evil dengan atmosfir bak film horor kelas B, The Evil Within nampaknya ingin mempertahankan sensasi yang sama dengan menunjukkan berbagai hal yang amat klise.

Namun bukan berarti game ini tidak menyeramkan sama sekali. Banyak sekali momen dalam game yang membuat jantung berdegup kencang. Hal-hal seperti berusaha bersembunyi dari kejaran musuh, menghindar dari pandangan musuh yang membawa gergaji mesin, atau hanya sekedar berhati-hati supaya tidak mengaktifkan perangkap yang tersebar di mana-mana cukup membuat minmin berkeringat dingin. :S

Seram, memang. Sayangnya hal yang minmin rasakan ini bukanlah sesuatu yang baru. Bagi para veteran survival horror, The Evil Within pasti memiliki banyak momen yang membuat mereka teringat dengan gamelain yang serupa. Kebanyakan sih seperti yang sering terjadi di Resident Evil 4 atau Dead Space. Musuh yang datang secara bergerombol, musuh yang muncul tiba-tiba, dan masih banyak kejadian yang membuat 
168GAMERS berpikir “hmm … sepertinya saya pernah melihat ini sebelumnya”.

Hal yang benar-benar baru yang minmin rasakan dalam game ini paling hanya momen-momen ketika banyak kejadian aneh yang terjadi di sekitar Sebastian. Seperti dunia yang terdistorsi sehingga hal-hal mengganggu mulai bermunculan. Contohnya seperti pintu yang tiba-tiba berubah menjadi dinding, darah yang mengalir dari dinding, atau penampakan-penampakan yang sering terjadi dengan tiba-tiba.

Gameplay Seru Yang Butuh Kecekatan Tangan



The Evil Within menawarkan permainan yang membuat minmin memikirkan satu hal: Resident Evil Modern. Yang minmin maksud modern adalah mulai dari Resident Evil 4 hingga Resident Evil 6. Sekali lagi, hal ini bukanlah sesuatu yang jelek. Resident Evil 4 memiliki gameplay aksi yang bisa dibilang cukup baik dengan sistem upgrade senjata yang juga menarik. Minmin rasa kedua hal ini diimplementasikan dengan cukup baik juga dalam The Evil Within.

Kegiatan sehari-hari yang akan 
168GAMERS lakukan dalam The Evil Within, selain berusaha hidup tentunya, adalah menembaki musuh yang berusaha mencabik-cabik dirimu. Mekanisme penembakan dalam game ini terasa cukup responsif. Ada efek goyangan tangan (seperti Resident Evil 4) yang disimulasikan ketika mengarahkan senjata sehingga permainan menjadi lebih menantang.

Selain itu, sumber daya untuk bertahan hidup dalam game ini juga sangatlah terbatas. 
168GAMERS harus sebisa mungkin menghemat peluru dan obat-obatan karena jumlah kedua benda krusial ini sangatlah terbatas dalam The Evil Within. Salah bertindak, maka 168GAMERS akan menyia-nyiakan benda yang 168GAMERS butuhkan demi mempertahankan hidup 168GAMERS.



Tentu saja 
168GAMERS bisa menggunakan stealth takedown untuk menghemat peluru, tapi entah mengapa kesempatan untuk melakukan stealth takedown terasa semakin berkurang seraya permainan berlanjut

Lalu apa lagi yang bisa kita lakukan demi bisa bertahan hidup? 
168GAMERS bisa memperkuat kemampuan yang 168GAMERS punya ketika 168GAMERS mengunjungi ‘dunia cermin’. Dunia tersebut bisa 168GAMERS kunjungi ketika kamu menatap sebuah cermin retak di ruangan yang sudah ditentukan. Dunia tersebut bisa dibilang sebagai ‘safe house’ di mana 168GAMERS bisa melakukan save dan melakukan upgrade. Upgrade bisa dilakukan dengan membayar sejumlah gel yang seringkali 168GAMERS temukan ketika menjelajah atau ketika 168GAMERS berhasil mengalahkan musuh.

Seperti Resident Evil 4 atau 5, 
168GAMERS bisa memperbaharui senjata yang 168GAMERS punya ataupun kemampuan dasar 168GAMERS, seperti kapasitas nyawa hingga kemampuan berlari. Jelas ini akan membuat permainan menjadi gampang bukan? Salah besar.

Sulit Dan Penuh Perangkap



The Evil Within adalah game yang sulit, setidaknya bagi non-veteran di bidang survival horror. Musuh yang ada tidak bisa dibunuh dengan sekali tembak saja. Lebih menantang lagi, musuh yang ada juga bisa membunuh 
168GAMERS dengan cepat meskipun itu adalah satu musuh biasa saja. Game ini sesekali membuat 168GAMERS berada di posisi yang mengharuskan 168GAMERS untuk kabur karena mustahil untuk bertahan dari serangan musuh yang banyak.

Walaupun 
168GAMERS sudah berhasil kabur, 168GAMERS tidak bisa bernafas lega begitu saja. Beberapa jenis musuh seperti pembawa gergaji mesin atau mahluk berambut panjang bisa membunuh 168GAMERS dengan sekali serang saja.

Lalu, tidak sampai di musuh saja. Lingkungan dalam The Evil Within memiliki perangkap yang tersebar di mana-mana mulai dari ranjau darat hingga perangkap beruang. Tapi jangan khawatir, 
168GAMERS bisa mematikan perangkap tersebut dan menggunakan bagian-bagiannya sebagai sumber daya untuk membuat Agony Bolts. Sekali lagi, game ini mendorong 168GAMERS untuk tidak bertindak gegabah. Salah sedikit dan tubuhmu bisa meledak berkeping-keping.



Meski demikian kadang 
168GAMERS akan menemukan beberapa perangkap yang tergolong terlalu kejam karena 168GAMERS sama sekali tidak tahu apa yang akan dilakukan perangkap tersebut. Cara untuk mengetahui dan menghindari bahaya perangkap tersebut adalah di antara 168GAMERS mati terlebih dahulu, atau 168GAMERS harus terus menerus berhati-hati dalam melangkahkan kaki. Sedikit murahan dan memaksa menurut minmin.

Upgrade yang 
168GAMERS lakukan selama ini hanyalah untuk menambah potensi 168GAMERS supaya bisa lolos dari maut. Minmin tekankan lagi kata potensi. Ini artinya, jika 168GAMERS tidak memiliki sumber daya yang cukup dan kecekatan tangan yang mumpuni, maka jangan harap 168GAMERS bisa menamatkan game ini tanpa mati berkali-kali meskipun jumlah nyawa 168GAMERS sangat tinggi.

Masalah Teknis Di Mana-Mana



The Evil Within disarankan dikunci dalam 30 fps untuk PC? Ya, minmin rasa seburuk itulah optimisasi dalam game ini (walaupun sudah ada solusinya lewat debug). Padahal,game ini memiliki rasio 2,35:1 yang seharusnya menurut sepengetahuan minmin akan mengurangi jumlah piksel yang terlihat di layar. Minmin berani bilang apabila The Evil Within di PS4 tidak diberikan update patch, maka game tersebut akan menjadi game dengan fps terendah yang ada di PS4.

Seperti yang minmin sebutkan sebelumnya, game ini memiliki rasio 2,35:1 layaknya sebuah film layar lebar dan minmin tidak memiliki masalah akan hal itu. Yang minmin permasalahkan adalah FOV (Field of View) kamera terlalu dekat dengan sang karakter. Akibatnya, minmin tidak bisa terlalu yakin di mana posisi musuh berada dan sudah jelas bahwa sudut yang terlihat sangat tidak nyaman untuk digunakan. Untungnya, hal ini bisa diperbaiki di versi PC.

Visual secara keseluruhan dalam The Evil Within sebenarnya tidak terlalu jelek dan untuk atmosfirnya sendiri terasa sangat baik. Yang menjadi masalah bagi minmin adalah tekstur yang tidak konsisten. Tekstur pada karakter terlihat cukup baik dan tidak bermasalah, namun tekstur pada objek lain sering kali terlihat beresolusi rendah. Bahkan yang lebih parah, texture popping masih sering terasa di lingkungan tertentu saat cutscene berjalan. Jelas ini mengurangi pengalaman menegangkan dalam game ini.

Game Survival Horor Yang Tidak Berhasil Memenuhi Targetnya

The Evil Within bisa saja menjadi game survival horror yang baik. Tapi karena keterbatasan pada bagian teknis, game ini jatuh dari ekspektasi awal minmin. Game ini sangat menantang karena aksi tembak-tembakannya yang responsif, musuh-musuhnya yang sulit, serta sistem upgrade yang tidak membuat 168GAMERS menjadi seorang manusia super. Sayang hal tersebut dicoreng dengan masalah-masalah teknis yang seharusnya tidak ada dalam sebuah game kelas tinggi di generasi gaming zaman sekarang.

Steam Link: The Evil Within, Rp. 389.999

PlayStation Store: The Evil Within, Rp 650.000

Xbox Marketplace: The Evil Within, $59.99 (Rp 730.000)



KESIMPULAN :

(+) Kembalinya survival horror
(+) Atmosfer yang mencekam
(+) Musuh yang menantang
(+) Bukan game asal tembak

(-) Fps yang sering turun & fps yang di kunci di PC
(-) Tekstur objek yang tidak konsisten
(-) Perangkap yang terlalu memaksa

RATING 168GAMES : 7.5/10

0 comments:

Post a Comment